Minggu, 30 Mei 2010
Sabtu, 29 Mei 2010
Hidup Ini Sandiwara, Bukan Belaka!
Dari kecil kita mendengar hidup ini sandiwara, tetapi karena - mungkin - ditambah embel-embel "belaka" akhirnya konotasi yang melekat terkesan hidup ini main-main, apalagi terkadang masih ditambah di depannya kata "hanyalah". Lengkaplah kesan main-main itu. Padahal sandiwara adalah exhibisi permainan (the game) yang berbeda dengan main-main. Permainan memiliki konsekuensi penilaian kalah dan menang. Konsekuensi itu juga melahirkan dampak psikologis bagi pemain dan bentuk penerimaan di tingkat penonton. Kalau permainan dapat dimenangkan maka akan membuat pemain (baca: kita) merasa puas (satisfied) dan membuat penonton memberi reward. Sebaliknya jika kalah maka pemain merasa kecewa (dissapointed) dan penonton tidak punya alasan riil untuk memberi reward. Tidak hanya itu saja, bahkan kekalahan itu sering menghabiskan waktu, energi, dan perhatian kita untuk membuat “pembelaan-diri†dengan segala cara agar penonton tidak mengecam kekalahan.
Naskah
Pendekatan membuat naskah skenario dalam konteks organisasi telah dikenal bertahun-tahun dengan sebutan "strategic thinking" dan telah dibuktikan dapat menghasilkan banyak manfaat bagi organisasi yang menggunakannya, terutama sekali pemahaman peta (naskah) dari mana memulai (konteks sejarah), di mana sekarang dan kemana harus melangkah. Model berpikir strategis ini bertumpu pada lima kriteria, yaitu: organization, observation, driving force, view, dan ideal position (dalam: Strategic management thinking: Women business center, Dallas TX, 1997). Kalau kriteria itu kita olah menjadi model kemasan yang mungkin untuk diterapkan dalam skala mikro (organisasi personal) yaitu diri kita, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Organisasi
Naskah hidup harus disusun berdasarkan pertimbangan, pengetahuan dan pemahaman tentang siapa orang-orang yang akan terlibat mendukung agar menjadi tontonan sandiwara yang memuaskan diri kita dan menarik buat penonton. Kalau tidak terjadi nota kesepahaman psikologis antara kita dengan sejumlah orang yang kita ajak bermitra, akibatnya permainan sandiwara mengecewakan semua pihak.
2. Observasi
Naskah hidup seyogyanga disusun berdasarkan pemetaan mental dan observasi lapangan untuk mengurangi gap antara hal apa yang masih konseptual dan hal apa yang merupakan faktual. Agar hasil observasi lebih akurat dan representative, maka para ahli di bidang model berpikir strategis menawarkan kiat "Airplane thinking" yaitu sebuah kiat di mana kita memposisikan diri berada di atas pesawat mental. Dengan posisi di atas akan membuat penglihatan kita lebih luas dan menjangkau seluruh wilayah yang ada di bumi (panggung realitas). Pesan bijak bilang, orang yang tidak dapat memahami persoalan dari wilayah strategis (baca: spektrum yang lebih luas) akan membuat dirinya hanya berputar-putar di sekeliling problem dan sulit menyusun prioritas (fokus pengembangan).
3. Sudut Pandang
Naskah hidup sebaiknya disusun tidak selamanya berdasarkan format pandangan lama tetapi harus mendapat sentuhan "different way of thinking". Dalam teori berpikir strategis, ada empat sudut pandang yang perlu dipertimbangan untuk membentuk skenario yaitu sudut pandang atas lingkungan, marketplace, proyek, dan ukuran proyek. Sudut pandang itu dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi hasil yang diinginkan (outcome), identifikasi elemen kritis, dan mengukur tingkat kesesuaian antara ide dan tindakan
4. Sumber Kekuatan
Dalam teori berpikir strategis, sumber kekuatan dapat dipetakan menjadi sumber kekuatan kualitatif (cth: visi, keyakinan berprinsip, tujuan hidup), sumber kekuatan produktif (cth: misi dan fungsi), dan sumber kekuatan kuantitatif (cth: pengalaman, pencapaian prestasi, dll). Peta sumber kekuatan teoritis itu dapat kita jadikan acuan bahwa naskah hidup yang kita rumuskan sebaiknya jangan membabi-buta tetapi sarat dengan perhitungan matang atas faktor kekuatan pemicu, pendorong, dan penopang. Naskah hidup harus mampu menjelaskan:
- Visi (tujuan jangka panjang antara 8 sampai 25 tahun mendatang)
- Definisi Tujuan (manajemen keinginan)
- Prinsip hidup (keyakinan totalitas dan tidak menerima kompromi)
- Rumusan Implementasi sesuai dengan kapabilitas saat ini dan berdasarkan kemampuan riil menurut apa yang telah kita alami dan telah kita capai.
Kasarnya, jangan sampai asal-asalan terjun payung nekat tanpa menggunakan parasut cadangan, karena hidup ini bukan main-main.
5. Destinasi Dinamis
Posisi ideal dalam berpikir strategis menggambarkan keadaan hidup tertentu yang akan kita nikmati apabila seluruh kandungan naskah ini dapat diterjemahkan sesuai rencana mencakup respon penonton, keunggulan yang bakal kita miliki, dan peluang yang kita raih. Pendek kata, posisi ideal adalah wilayah untuk mengekspresikan energi visualisasi kreatif di mana kita akan terinspirasi untuk meraihnya. Tanpa sentuhan ‘khayalan’ mungkin kandungan naskah menjadi hambar dan penonton pun tidak tertarik. Kita bisa menarik pelajaran dani kesuksesan film Titanic. Awalnya cerita itu adalah besi besar bernama kapal yang tenggelam di dasar laut tetapi oleh penulis naskah yang kreatif disulap menjadi sebuah tragedi yang diiringi dengan petualangan cinta antara dua kasta yang menarik sehingga membuat penonton histeris dan ketagihan.
Karakter Permainan
Penguasaan isi naskah yang dibuat secara orisinil dan didasarkan pada pendekatan model berpikir strategis akan menghasilkan kualitas karakter permainan sebagai berikut:
- Menciptakan dialog (kerja sama) yang hidup, dinamis dan komunikatif yang didasarkan atas pemahaman peranan dirinya dan orang lain (supportive people). Dialog yang hidup itu merupakan cermin dari negosiasi dalam berbagai transaksi kepentingan hidup.
- Memiliki penguasaan panggung yang lebih akurat sehingga ketika mendadak terjadi kegagapan, orang yang telah menguasai naskah gampang menyusun improvisasi panggung.
- Memiliki penampilan yang menarik karena memiliki otoritas mental untuk berkreasi secara kreatif dan berinovasi, sehingga tidak membuat bosan atau monoton.
- Memiliki pemahaman bagaimana "menempatkan diri" di atas panggung yang tidak berposisi kontradiktif dengan pemain lain atau apalagi membelakangi penonton. Meminjam istilah Musashi, pemahaman demikian dinamakan "ordered flexibility" yang menggambarkan watak air berbentuk tanpa egoisme bentuk.
- Memiliki semangat permainan yang tinggi karena terdorong oleh cita-citanya. Semangat ini pada gilirannya akan menciptakan daya tarik terhadap penonton sehingga mereka menjadi bersemangat.
Belajar dari karakter para pemain yang sukses, umumnya mereka memiliki karakteristik yang sama yaitu: penguasaan naskah, penguasaan panggung dan penguasaan emosi penonton. Bagi penonton pemain itulah "the world". Kiasan ini bisa membuat kesimpulan serupa kalau kita belajar dari kehidupan orang sukses bukan saja dari effect tindakannya tetapi dari isi pikiran dan karakter bertindak. Ciri khas yang umumnya sama adalah mereka menguasa dirinya (personal mastery), menguasai bidangnya (life focus mastery) dan menguasai reaksi lingkungan. Contohnya: menurut cerita para orang tua, kalau Pak Karno lagi berpidato, para petani di Jawa Timur rela membawa radionya ke sawah karena tidak ingin kehilangan apa yang akan disampaikan Soekarno.
Memang tidak semua orang punya panggung dan jumlah penonton sebesar dan sebanyak Soekarno, tetapi prinsipnya semua orang punya tugas mendesain naskah hidupnya, punya tugas menguasai pangung, dan punya tugas menguasai reaksi penonton yang umumnya hanya berkisar kecaman dan pujaan. Kalau tidak dapat menguasai reaksi penonton, atau dengan kata lain apabila anda mengukur sukses hanya sebatas pujaan dan kritik, maka kegelisahan anda tidak akan pernah berakhir. Reaksi adalah effect dari aksi menguasai naskah. Semoga menjadi bahan menyusun naskah hidup anda.
oleh : Ubaydillah, AN. Sumber : e-psikologi.com