Tampilkan postingan dengan label Ketikan Usang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ketikan Usang. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 Oktober 2013

Window Without Woman

Ternyata masih malam, mimpiku tadi hanyalah oase dalam kesendirian. Jendela ini mengusikku bermimpi. Tega!, setiap menjelang senja ku lihat dari jendela ini tak satu pun wanita yang lewat. Apakah ku harus mengunjung ke venus untuk memesan wanita untukku?

Bumi ini terlalu indah untuk berdua dengan sepasang kekasih namun bagaimana dengan keadaan sepertiku? Aku berbalut sepi, hanya sepetak kamar yang berdinding kertas coklat yang tak mampu menahan dingin. Aku cuma berdiam, hasratku timbul karena naluri.

Dan aku tumbuh seperti anjing yang terantai berkarat. Terisolasi dari populasi. Aku hanya didiamkan.

Jendela ini hanya memberi sinar mentari tanpa memberi hadir wanita. Rembulan datang hanya memberi dingin dengan sinar yang redup.

Minggu, 18 Maret 2012

Yang Mendengar

Yang Mendengar...
Katanya aku melambai...
Katanya aku meliuk...
Katanya aku lemah...
Katanya aku lembut...

Kenapa aku dengan ini?...

Yang Mendengar...
Aku telah hidup bersama peri-peri cinta yang tanpa sayap dan tongkat ajaibnya...

Yang Mendengar...
Aku hidup bukan dimahkota bunga bermadu...
Arah angin, kami melangkah dan mengikutinya...

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Seperti Adam

Ya Alam,
Penghuni tua dan yang paling tua dan tertua...
Kau memberikan keindahan pada mata
Kau memberikan kesegaran pada nafas
Kau memberikan kesuburan pada raga
Kau memberikan kedamaian pada hati

Ya Alam,
Mampukah kau memberiku satu cinta untukku kepada seorang wanita?
Karena mata, nafas, raga dan hati tak akan sempurna dengan cinta, wahai alam

Seperti kau memberi hawa kepada adam
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 13 Maret 2012

Bawa Aku Dalam Keindahan

Jangan bawa aku dalam sebuah penderitaan karena aku bisa menangis darah...

Jangan bawa aku dalam kesenangan yang tak terbatas karena aku akan lupa syarat ke surga...

Bawalah aku dalam sebuah titik yang mengantarkan ku pada sebuah keindahan alam raga dan alam jiwa


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 22 Desember 2011

MOTHER LOVE ALL THE TIME, WE LOVE THE EXTENT LOGIC.




Sebelumnya aku ucapkan SELAMAT HARI IBU di seluruh dunia. 


Sebuah hari di khususkan untuk meluangkan waktu untuk ibu kita tercinta karena semua kebaikannya, kasih sayangnya, kepeduliannya, kecintaannya, dan semua yang ibu berikan (terbaik) buat kita. Memang untuk semua itu tidak harus di lakukan pada hari ini, tanggal 22 Desember, kita bisa memberikan kebaikan kita kepada ibu kita setiap saat. KASIH IBU SEPANJANG MASA, KASIH KITA SEBATAS LOGIKA.


Sepanjang kita lahir hingga sekarang IBU telah memberikan nyawanya kepada kita, berdiskusi keras dengan Sang Tuhan agar dapat diberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tiada rasa lelah atau pasrah untuk anak-anaknya. Hingga kulit yang kencang menjadi kisut, dari rambut hitam hingga menjadi uban. Itulah perjuangan seorang ibu demi kelayakan hidup anak-anaknya.


KIta sebagai anak : dari kecil hingga dewasa sekarang (mungkin) sering berkata "AH.." untuk menolak perintah ibu. Apa yang dirasakan IBU saat kita bilang seperti itu? Mungkin saat kita masih kecil, ibu akan gemas dengan tingkah kita namun pada saat kita telah mengerti dan tumbuh dewasa apa yang ibu rasakan? GEram!! Mungkin seperti itu namun sebagai ibu, dia hanya mendoakan agar kita menjadi anak yang dewasa dan penuh budi pekerti. 


Dan kita yang telah menjadi anak dewasa, sudah saatnya memberikan hal-hal yang terbaik buat ibu kita : cinta, kepedulian, kasih sayang, perhatian dan lain-lain yang membuat ibu kita bangga dengan hadirnya anak-anak disampingnya.


Kamis, 08 September 2011

Hilang Dalam Sebuah Pilihan

Ternyata aku hilang dalam sebuah pilihan...
Aku menjadi seorang yang tak mampu membaca sebuah keadaan
Aku seorang yang tak bisa membeda sebuah perasaan
Aku seorang yang tak mengamini sebuah pemberian Tuhan...

Hilang pada pandangan,
Membekas hanya pada kenangan,
Melebur pada penyesalan

Harapan...
Kepastian...
Entahlah... aku belum menemu pada sebuah penantian



Senin, 08 Agustus 2011

Mati kah hati ku?

Mati kah hati ku?
Hatiku tak merah lagi,
Kusam,
Kering,
Biji-biji cinta dari bunga-bunga yang ku lihat tak mampu tumbuh.

Mati kah hati ku?
Teriknya kesepian terus melanda
Angin yang datang tak memberikan kesejukan kedamaian,
Hanya udara panas yang hadir membawa kegundahan,
Mampu kah ku bertahan?

Ku selalu berdoa untuk kehadiran hujan,
Namun belum datang jua tandanya,
Mendung datang namun membawa kelam,
Kilat menyambar namun membawa ketakutan.

Mati kah hatiku?
Hanya denyut-denyut jantung yang selalu semangati hidup walau darah mengalir perlahan,
Ku bernafas untuk menunggu : Siapakah petani yang mampu memberi benih cinta untuk hatiku?

Sabtu, 09 Juli 2011

Menjemput Kematian

Angin berbisik kepada dengan lembut saat terduduk di sebuah bilik di depan gambaran alam yang elok berpelangi, 
"Hai manusia, apa kau tak merasa dengan kawan-kawanmu yang sudah mulai liar dengan para sahabatku?. Mungkin kau sudah tahu dengan keadaan di sekelilingmu namun kau diam saja tanpa peduli dengan kami.

Lihatlah...
Gunung-gunung sudah mulai gelisah menunggu amarah,
Lautan yang mulai tenang mematikan,
Terik yang mulai garang hingga tak menghijau dunia

Kau tahu...
Dunia telah di pegang oleh manusia...
Kuasa Sang Tuhan pun mulai di ragukan sampai menyamainya
Berlomba menjadi Penguasa Alam...

Namun apa yang kau dapat???
Ternyata Kematian yang akan didapat...
Prediksi alam kini tak akurat..
Hingga kau untuk menuju tobat...
Agar tak dapat siksa akhirat.."

Angin berlalu...
Hujan menyapa dengan kelam dan tajam pada jarum-jarum peraknya...

Jumat, 08 Juli 2011

Cerita untuk Bapak

Bapak,
Aku adalah anak mu...
Mungkin kau telah tahu tentang diriku di kala itu,
Aku yang tak tahu apa tentang kehidupan.
Aku hanya bisa merengek saat pinta yang ku ingin,
Aku hanya bisa marah saat kau lerai untuk baik ku,
Aku selalu membawa beban dalam pikir mu kelak dewasa nanti...
Bapak,
Aku hanya kenal dirimu satu kenangan saat kau gendong aku kala ku isak tangis ketakutan dimalam itu.
Aku hanya ingat raut mu, samar, karena ku terlelap diantara tangan mu yang memegang erat tubuhku hingga tertidur dalam pundak mu, aku terlelap.
Bapak,
Kecilku, mungkin, kau memberi janji-janji hadiah-hadiah saat ku berubah umur ku.
Kecilku, mungkin, kau punya rencana besar kelak aku ku dewasa dan bisa bersahabat yang mampu berbagi.
Kecilku, mungkin, kau membayangkan bisa bersanding kelak ku membawa seorang wanita yang akan menjadi teman sejati hidup bersanding bersama untuk bahagia atas anak mantu mu kelak.
Kecilku, mungkin, kau bisa berkumpul dengan para cucu-cucu yang menemani mu di senjamu dengan bahagia.
Namun pak,
Saat aku sekolah, aku iri dengan teman-temanku saat mereka bercerita tentang nilai-nilai yang baik atau nasehat-nasehat atas nilai-nilai yang jelek di raport-ku dengan cara mu, entah seperti apa cara mu itu.
Saat aku sekolah, aku hanya mengikuti keadaan di teman-teman ku. Mereka berkelahi, aku ikut meski entah yang melatarbelakangi masalah itu hingga orang-orang membimbingku menangis-nangis, memarahi atas kenakalan ku.
Saat aku sekolah, aku menjadi remaja dan mulai senang dengan teman wanita. Aku jatuh cinta. Dan itu juga mulai bermain dengan norma-norma agama dan sosial. Dan ku hanya bisa menjaga sesuai yang aku pahami.
Bapak,
Apa yang kau lihat sekarang? Istri mu tak lagi bisa membimbingku lagi karena aku telah dewasa. Dia menyerahkan semua pertanggungjawaban didiriku oleh diri ku.
Apa yang aku rasa sekarang? Aku diwariskan sebuah nilai yang tak berharga olehnya namun mampu membawaku mewarisi isi dunia ke anak-anak ku kelak.
Apa yang aku dapat sekarang? Aku mampu duduk sejajar dengan orang-orang dan aku mampu berbahasa dengan mereka.
Apa yang aku lakukan sekarang? Aku hanya bisa mendoakan mu saat ku telah mengerti apa arti anak sholeh.
Bapak,
Apa kau tak rindu dengan anak mu ini? Lekatlah rindu mu pada ku dan datanglah pada mimpiku dan tanyalah : Apa kabar nya istrimu dan anak-anak mu itu dan tanyalah apa pinta ku sekarang sebagai anak mu. Karena telah lama kau tak tanya apa mauku sebagai anak mu.
Apa aku harus menghampiri mu, pak? Aku tak tahu jalan menuju rumah mu sekarang. Tuhan akan marah bila ku memaksakan diri dekat dengan mu sealam. Aku hanya berucap bahwa istri mu telah melaksanakan tugasnya sebagai ibu tanpa hadirmu disisimu. Dan sampaikanlah pada sang Tuhan bahwa istrimu adalah yang berbakti, berkasih sayang, melaksanakan tugas sebagai manusia dan ibu. Meski sang Tuhan pula yang memberikan cobaannya agar kelar kau dan istrimu bersatu dalam satu naungan surgaNya kelak.

sent by Pik Mael

Minggu, 03 Juli 2011

Senin, 20 Juni 2011

Cerita Untuk Bapak

Bapak,
Aku adalah anak mu...
Mungkin kau telah tahu tentang diriku di kala itu,
Aku yang tak tahu apa tentang kehidupan.
Aku hanya bisa merengek saat pinta yang ku ingin,
Aku hanya bisa marah saat kau lerai untuk baik ku,
Aku selalu membawa beban dalam pikir mu kelak dewasa

Bapak,
Aku hanya kenal dirimu satu kenangan saat kau gendong aku kala itu ku isak tangis ketakutan dimalam itu.
Aku hanya ingat raut mu, samar, karena ku terlelap diantara tangan mu yang memegang erat tubuhku hingga tertidur dalam pundak mu, aku terlelap.

Bapak,
Kecilku, mungkin, kau memberi janji-janji hadiah-hadiah saat ku berubah umur ku.
Kecilku, mungkin, kau punya rencana besar kelak aku ku dewasa dan bisa bersahabat yang mampu berbagi.
Kecilku, mungkin, kau membayangkan bisa bersanding kelak ku membawa seorang wanita yang akan menjadi teman sejati hidup bersanding bersama untuk bahagia atas anak mantu mu kelak.
Kecilku, mungkin, kau bisa berkumpul dengan para cucu-cucu yang menemani mu di senjamu dengan bahagia.

Namun pak,
Saat aku sekolah, aku iri dengan teman-temanku saat mereka bercerita tentang nilai-nilai yang baik atau nasehat-nasehat atas nilai-nilai yang jelek di raport-ku dengan cara mu, entah seperti apa cara mu itu.
Saat aku sekolah, aku hanya mengikuti keadaan di teman-teman ku. Mereka berkelahi, aku ikut meski entah yang melatarbelakangi masalah itu hingga orang-orang membimbingku menangis-nangis, memarahi atas kenakalan ku.
Saat aku sekolah, aku menjadi remaja dan mulai senang dengan teman wanita. Aku jatuh cinta. Dan itu juga mulai bermain dengan norma-norma agama dan sosial. Dan ku hanya bisa menjaga sesuai yang aku pahami.

Bapak,
Apa yang kau lihat sekarang? Istri mu tak lagi bisa membimbingku lagi karena aku telah dewasa. Dia menyerahkan semua pertanggungjawaban didiriku oleh diri ku.
Apa yang aku rasa sekarang? Aku diwariskan sebuah nilai yang tak berharga olehnya namun mampu membawaku mewarisi isi dunia ke anak-anak ku kelak.
Apa yang aku dapat sekarang? Aku mampu duduk sejajar dengan orang-orang dan aku mampu berbahasa dengan mereka.
Apa yang aku lakukan sekarang? Aku hanya bisa mendoakan mu saat ku telah mengerti apa arti anak sholeh.

Bapak,
Apa kau tak rindu dengan anak mu ini? Lekatlah rindu mu pada ku dan datanglah pada mimpiku dan tanyalah : Apa kabar nya istrimu dan anak-anak mu itu dan tanyalah apa pinta ku sekarang sebagai anak mu. Karena telah lama kau tak tanya apa mauku sebagai anak mu.

Apa aku harus menghampiri mu, pak? Aku tak tahu jalan menuju rumah mu sekarang. Tuhan akan marah bila ku memaksakan diri dekat dengan mu. Aku hanya berucap bahwa istri mu telah melaksanakan tugasnya sebagai ibu tanpa hadirmu disisimu. Dan sampaikanlah pada sang Tuhan bahwa istrimu adalah yang berbakti, berkasih sayang, melaksanakan tugas sebagai manusia dan ibu. Meski sang Tuhan pula yang memberikan cobaannya. Pintaku agar kelak kau dan istrimu bersatu dalam satu naungan surge milikNya.

Senin, 13 Juni 2011

Panggil Aku, Sebelum Orang Yang Kucinta

Tuhan, jemputlah aku sebelum yang melahirkanku. Aku sudah siap saat Kau menggandeng tanganku dari para malaikatmu.

Aku yang punya raga tak tahu yang aku lakukan walau mata selalu terbuka dan pikiran dalam kesadaran.

Aku yang punya jiwa namun tak tahu dimana jiwa itu berada, Kau-lah yang tahu jiwaku : hitam atau putih.

Aku sudah patuh saat Kau memberi perintah ke para malaikatmu tuk membawaku ke sebuah ruang yang sesuai komposisi jiwa ragaku saat bernafas.

Jika ku damai dalam ruang yang putih, bawalah serta orang-orang yang aku kasihi dan cintai.

Jika ku di bawa ke ruang merah, biarlah aku yang meronta mohon ampun kepada Mu dan biarkan orang-orang yang aku kasihi dan sayangi di ruang putih Mu.

Aku bukan manusia yang lemah namun kelemahanku sebagai manusia.

Minggu, 12 Juni 2011

Dialog

Ku hanya bisa lari dan berlari terus untuk mencari pohon untuk berteduh dan nafas ini masih tersengal hingga dada terasa sakit dan tak kuat tuk mengatur nafas!!! Sementara jarum-jarum perak terus menghujam raga ini hingga tersayat sembilu. Letih, ingin sejenak menahan perih namun suara kilat tak beri ampun memecut ke bumi dengan suaranya yang dahsyat!!!



'Tuhan,' teriak ku, ' Kau tau rencana dibalik kelahiranku di bumi ini tapi mengapa Kau begitu membenci dengan kehidupan ku. Aku tak meminta berada di dunia ini dan jika saat dalam rahim ibuku saat perjanjian itu, Engkau-lah yang memulai memilihnya...' 

Pingsan. Dan ku terbangun disebuah bangunan nan megah. Ku bertanya lirih saat ku sadar, 'Apakah ini sebuah surga atas penolakan ku terhadap Tuhan atas kematianku?'

'Tuhan menghadiahkan mu sebuah pohon lengkap dengan bunga-bunga dan kau yang akan kamu yang membantu memberikan buah-buah segar di pohon ini hingga nanti tumbuh tunas' ucap seorang kakek tua.

'Apakah aku berada disurga atas penolakan ku terhadap kehidupanku? Dan Tuhan memberikan semua yang kau ucapkan?' ucap ulangku.

'Kau belum pantas disurga. Kau akan tahu bagaimana surga dan neraka didalam suatu jalannya. Kau masih berada di dunia. Kami yang menyelamatkan mu wahai pemuda. Ingat-lah, belajarlah apa yang kamu telah lewati. Jangan kau keluhkan yang ada. Syukurilah yang ada. Pahami jalan-jalan mana saja yang menuju surga dan neraka. Dan sekarang kamu rehatlah nanti ada cucuku yang merawatmu. Dan dialah yang akan kamu butuhkan.' ucap kakek itu. Dan ia pergi meninggalkan ku.
Ku kembali memejamkan mata. Dan terdengar suara perempuan dengan ucap salam. Dan aku terbangun.

'maaf sudah lancang membawa anda ke tempat gubuk ini' ucap perempuan cantik itu. Aku tersadar bahwa ku berada disebuah rumah terbuat dari bilik bambu. 'Kemana kakek mu? Aku ingin bertanya kepadanya'

'kakek? Kakek sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Aku hidup sendiri di rumah ini setelah kakek wafat.

'Wafat?' Lantas, siapa kakek tua tadi?'

'Aku tak tau... Mungkin itu adalah jawaban atas pertanyaan mu'

Aku terdiam setelah perempuan cantik itu membalas tanyaku dan mengingat kembali atas ucapan sang kakek tua.

Minggu, 20 Februari 2011

Jika dia dan ku jatuh cinta

Aku melihatnya sempurna yang tak berbayang oleh apapun.
Aku berfikir pun ingin beralih didirinya tuk menyatu yang tak terlepas.
Aku merasa harumnya yang menusuk ke jiwa dan tak ingin henti bernafas.
Aku mengucapnya pun berat untuk bilang dia begitu indah dipandang.
Aku tak kuasa kalbu ini yang begitu menggebu tuk menyambut hatinya.
Aku pun ingin segera memeluk erat untuk menghangat diseluruh raga.
Tapi yang ku dapat bak memeluk bulan.
Raga ini hanya tersiram senyum nan menawan yang tak bisa menjemput dan menjamah.
Jika dia dan aku jatuh cinta maka tiada dunia fana yang ada cinta yang nyata.

Terkirim dari telepon Nokia saya

Sabtu, 12 Februari 2011

Senyum saat Kau memelukku

( gambar dari : rangerungu-ceppucine )
Aku kembali tak ekstrover, pikir ku absurd.
Aku imajiner yang karyanya tak nyata.
LAngkah jejak ku tebal.
Pandang ku semu/
Horisontalisme ku tak menjamah.
Bumi tak memberi hangat pada dinginnya.
Matahari tak memberi teduh pada panasnya.
Alam,
Kembalikan pada pangkalku sebelum ujungku berbuah.
Senyum saat Kau memelukku

Rabu, 02 Februari 2011

Merindu

bila malam datang, sungguh raga ini bisu
bila angin tiba, sungguh jiwa ini pilu
bila rembulan tak menjamah, sungguh diri ini hampa
bila bintang tak menyinar cerah, sungguh diri ini gundah.
malam lama menjelma siang, siang tak menghadirkan riang.
raga hanya merasa duka, duka tumbuh tak mengganti suka.

apa yang aku rasa ...
kenapa ku merasa ...
bagaimana ku merasakan ...
mengapa aku rasakan ...
kapan ku kan Menyapa ...

Terkirim dari telepon Nokia saya

Minggu, 12 Desember 2010

Terlalu Mencintai...

Begitu sangat berat ku mencintaimu..
Namun kau tak berat mencintaiku...
Seperti apalagi ku harus mencintaimu...
Agar kau tahu aku sungguh mencintaimu,
Cobalah sedikit buka relung hatimu untuk menghadirkanku dihatimu...
Dan sungguh ku cinta kamu.

*
Dan bila ku salah maka maafkanlah aku...
Sedari aku hanya manusia biasa.
Dan bila kau tak bisa terima cintaku
Maka maafkanlah...

**
Ku tak tahu harus apalagi untuk kembali tuk bersamamu
Kini yang ku rasa hanyalah sepi dan sendiri
Tiada keindahan seperti cinta dulu

Kembali,*,**

Oh haruskan ku bersujud untuk memohon cintamu itu...
Oh haruskah ku tanggalkan jiwa ini tuk buktikan...
Aku cinta kepadamu

Selasa, 07 Desember 2010

cahaya lilin itu adalah ibuku

Aku menyadari cahaya lilin itu adalah ibuku

Dikala siang hari bila lilin itu menyala maka jamahan cahayanya tak jelas sejauh mana ia memancar. Tak dihiraukan cahayanya walau merambah meneteskan raganya untuk tetap tegar memberi penerang. Sinarnya terkalahkan oleh terangnya dari terik sang matahari dan yang nampak hanyalah tepian dari apinya menyala diam mengiuk sepoinya angin yang kadang membuat meredupkannya.

Kala malam tiba, lilin itu masih sama seperti pada siang. Dia masih tak bisa diakui cahayanya walau sebagian mampu masih mengakui keampuhannya. Terangnya masih terkalahkan oleh modernisasi lampu-lampu yang terang. Namun apa yang terjadi tatkala lampu-lampu itu pada hingga menggelapkan dunia? atau pada siang hari datang mendung yang berat? Cahanya lilin yang mampu memberikan terang. Dan cahaya lilin itu, ibuku

01 November 2010 jam 17:38

Sebelum ceritanya : ....

Lelah....
Otak ku untuk berfikir akan pertanyaan isi kehidupan.

Letih....
Mata ini untuk memandang kehidupan yang tak pernah memberi kebaikan hati sesamanya.

Lunglai....
Hati ini untuk menebak dan menentukan segala arah jalan kehidupan yang tak pernah usai dari rintangan dan halangan yang kian hari semakin menyayat sembilu.

Lemas tulang-tulang ku ini untuk menegak kan raga ini yang tak mampu melawan gravitasi kehidupan yang tak pernah akur akan namanya Tuhan dan manusia.

Haruskah aku tutup usia diri atau menunggu akan panggilan Illahi???

Ketakutan ku makin gencar!!!

Benak ku selalu berfikir untuk selalu membasahi diri akan keharaman pikiran!, Memperindah diri akan semua simbol-simbol isi dunia yang aku kulitkan dan memperluaskan zina-zina akan kecantikan perempuan dari bujuk rayu syaitan!.

Mata ku yang tak buta membuat ku semakin haus akan semua yang ada dalam benak ini. Apakah ini yang disebut sebagai mata manusia atau dari mata bathin?! Sementara aku bahagia akan kesedihan mereka, melangkah hidup diatas raga-raga mereka bernanah darah dan aku pun berjalan dalam kegelapan dari terangnya dunia yang berbatas haram dan halal. Dan seperti ini kah dibalik hitamnya mata diantara putih mataku???

Hati aku tak pernah redup!. Keredupan hatiku akan redup saat harta,tahta dan wanita mulai sirna bak pasir tertiup angin yang menepi dan menipis menghilang. 
Kamu tahu hatiku?!... Hatiku tak berpangkal pada sebuah " Keatas namaanNYA" namun hatiku ingin berujung akan kesenangan dunia. Namun hatiku bukan pemeluk maslahat sesama kaumku.

Ragaku tak pernah lelah, gerka ku pun absurd dalam mengisi dunia dalam kehidupanku....

Itulah SEBELUM CERITANYA dalam kerentaan disenjaku ini, tak ada jamahan sinar senja untuk memberikan kehangatan sebagai pengantarku pulang......

06 Oktober 2009 jam 9:13

Mungkin

Raga ini masih tak dapat kau miliki untuk kau sentuh dengan jemarimu sebagai lepas rindu dan cintamu...
Mungkin...
Raga ini masih tak dapat kau milki untuk kau dilindungi dari peristiwa yang terjadi..

Dan pasti,
Aku disini masih merindumu dan mencintaimu dengan sepenuh hati
Dan pasti,
Jiwa ini selalu melindungi dari do'aku untukmu walau raga tak bisa sentuh dirimu diruang dan waktu
Dan pasti dengan waktu kita bisa menyatukan jiwa dan raga untuk saling melengkapi....

Mungkin karena kita masih setengah hati...
Dan dengan cinta,kasih sayang kita bisa hidup semati...
04 Mei 2010 jam 22:26