Perjalanan seseorang itu tak ada yang tahu. Seperti apa dan akan menjadi apa kedepannya. Karena pada hakikinya Tuhan yang menyerahkan semua segala sesuatu tentang hidup manusia. Tuhan-lah yang hanya bisa mengabulkan atas semua kebutuhan manusia dan Sang Penguasa atas semua yang akan dilakukanNya. Hitam putih, baik buruk,sehat mati, kaya miskin seseorang itu ada pada jiwa dan raga seseorang itu sendiri. Dan takdir itulah yang akan jadi teman sisi hidupnya.
Manusia yang berencana namun Tuhan lah yang menentukan, itu sudah menjadi sebuah kodrat yang tak bisa di elakan atau di tunda-tunda lagi oleh manusia. Yang manusia lakukan dengan menggunakan sifat magis atau dengan usaha-usaha kerasnya adalah suatu tindakan yang akan di ubah olehNya. Entah dalam jangka panjang, jangka pendek atau seketika.
Kekuasaan Illahi tiada tara. Manusia hanyalah mahluk rendah yang tak punya daya. Namun dalam kerendahan manusia dalam menggapai untuk merubah semua,entah isi dunia, manusialah yang paling mulia diantara ciptaanNya. Dengan kemuliaannya itu manusia diberikan untuk bisa meraih semua keinginannya yang masih dalam batas kemampuan.
Walau berbagai dengan kemajuan teknologi yang diciptakan manusia tetapi itu semua atas kehendakNya. Manusia hanya sebatas membuka permukaan namun dalam inti Tuhanlah yang sang pengatur.
Manusia, dia lah sebuah ciptaan yang sebatas raga dan jiwa. Raga yang untuk menjelajahi semua isi dunia untuk mendapatkan sebuah rasa. Raga yang dileluasakan untuk dijadikan hidup heterogen terhadap populasinya dan memberikan rasa keseimbangan terhadap sesama. Dan jiwa adalah sebuah titik dimana raga yang bergerak. Jiwa lah yang menjadikan hubungan vertikalisasi terhadap sang Khalik.
Sudah jelas jiwa dan raga mempunyai peranan masing-masing dan menjalankan tugasnya untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing guna mempenuhi kekurangannya.
Jadi jalan hidup manusia ada ditangannya sendiri. Berbuah manis atau buruk, menjadi jaya atau sengsara.
Kita melihat kehidupan didunia bisa kita atasi walau sesulit apapun karena alam masih bersedia memberikan kehidupan untuk manusia. Sementara apa jadinya bila kehidupan didunia telah usai? Jawabannya ada pada masing-masing individu.
Manusia mempunyai hati. Hati mengenal sebuah keyakinan untuk dikehidupannya. Dan kita percaya bahwa kita ber-Tuhan-kan.
Cukup komplek untuk menterjemahkan kehidupan manusia dan bisa di pikir secara nalar ataupun diluar nalar. Manusia yang patuh terhadap keyakinannya maka dia akan mempertahankan keyakinan itu dengan menjalankan segala perintah menurut yang ia yakini. Namun ada juga yang tak seperti itu mereka hidup sebaliknya. Kita melihat secara garis besar dalam keyakinan manusia, hal itu adalah :
1. Manusia berkeyakinan.
2. Manusia tak punya keyakinan.
3. Manusia berkeyakinan namun dia tak menjalankan keyakinan itu.
Deskripsinya pun sudah jelas seperti apa sifat-sifat 3 hal tersebut diatas. Tetapi kita harus bisa memberikan lebih untuk hidup kita menjadi yang terbaik dan tak melupakan keyakinan pada didiri kita.
1. Manusia berkeyakinan.
2. Manusia tak punya keyakinan.
3. Manusia berkeyakinan namun dia tak menjalankan keyakinan itu.
Deskripsinya pun sudah jelas seperti apa sifat-sifat 3 hal tersebut diatas. Tetapi kita harus bisa memberikan lebih untuk hidup kita menjadi yang terbaik dan tak melupakan keyakinan pada didiri kita.
Nasib ada ditangan kita dan kita wajib memohon kepada Tuhan untuk meminta arah agar kehidupan itu menjadi seimbang antara dunia dan akhirat.
Sent by Mail
0 komentar:
Posting Komentar
Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)