Tampilkan postingan dengan label KolonelKepepet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KolonelKepepet. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Oktober 2012

KOPET | “Bukankah kita yang munafik Jenderal?!”

“Ini semua atas ide mu yang sangat konyol. Lihat, bagaimana dengan tingkah laku si Kopet itu. Sungguh munafik!!! Si Kopet memang licik. Dia menginginkan sesuatu kursi yang sejajar dengan kita. Lihat saja dengan keangkuhannya dia di hadapan kita. Kamu tahu kan itu semua Jenderal Barat? Apa kamu merasa malu?” Ucap Jenderal utara yang geram dengan Gendon yang semakin liar saja. Menurutnya ia adalah orang yang lebih hina dari dirinya. Lalu ia duduk dengan bersandar di kursinya.

Kamis, 11 Oktober 2012

KOPET | Tanya Dalam Doa

"Aku pilih diam. Tuhan akan mengerti keadaanku walau aku tak menghadapnya sehabis wudhu. Atau memang manusia yang akan berpenghuni neraka, itukah diriku sekarang? Ya Allah... Sungguh Kau Maha Sempurna menciptakan manusia-manusia yang berbeda-beda. Dan betapa terbatasnya kemampuan hamba untuk menyatukan kedamaian ketentraman. Ketentraman hati, ketentraman pikiran dan ketentraman untuk hidup. Semua itu berpangkal pada sebuah perut..."

Selasa, 09 Oktober 2012

KOPET | Cintaku Sebatas Perut

"Singkirkan Gendon!!! Singkirkan kolonel kencur itu! Aku sudah muak dengan tingkahnya yang so heroic dan naturalis! Manusia yang laknat!" Ucap Jenderal Utara sembari gebrak meja. Mereka yang berdiri didepannya kaget dengan gebrakan Jenderal Utara (Jenara). Mereka diam menyimak dan menghindar untuk tidak berkomentar. "Aku ingin hadapkan dia disini. Nanti malam.! "

Senin, 08 Oktober 2012

KOPET | Doaku Bukan Untuk Surgaku

Seperti beban dipikiranku yang begitu berat dan makin komplek, mata ku tak sanggu ku pejamkan walau rasa perih menahan kantuk. Raga ini begitu letih untuk ku teruskan langkah kemerdekaan kesejahteraan rakyat dinegeriku ini.

Masih terbayang gambaran-gambaran pada peristiwa yang sedang terjadi. Kriminalisasi posisi, proyek kapitalisasi, dan tips jalan mulus menuju obesesi pada sebuah posisi. Semua menjadikan manusia untuk hidup seperti didunia fiksi. Alur yang dibuat dengan melankolis agar mendapat simpatik dan mengarah pada sebuah oposisi, itu atas nama rakyat tapi entah visi pada sebuah kursi.

Minggu, 07 Oktober 2012

KOPET | “Seperti ini kekuatanku Jenderal, meski kecil dan berkarat namun mematikan.”


Lalu aku menggertak sembari menghujamkan pisau buah yang ada di meja makan Jenderal Besar itu. Kami sedang makan malam untuk membahas keamanan negara ini karena suatu masalah dan Jenderal Besar dikaitkan dengan hal itu, seperti pada berita yang santer di media masa baik elektronik maupun cetak. Makan malam ini dihadiri oleh beberapa Jenderal, Letjen, Mayjen, Brigjen dan aku adalah satu-satunya Kolonel yang diundang oleh Jenderal Besar. Untuk alasannya aku pun tak tahu apa. “Seperti ini kekuatanku Jenderal, meski kecil dan berkarat namun mematikan.”