Aku putuskan untuk berangkat ke Jakarta pagi
hari agar selepas tiba di Jakarta bisa langsung istirahat. Lumayanlah tempat
yang nantinya menjadi tempat sebuah pendidikan dan pelatihan (diklat) aku nantinya di sebuah hotel yang lumayan
bagus. Aku sengaja browsing sebelumnya untuk mengetahui lokasi dan fasilitas di
hotel itu guna prepare barang-barang bawaanku. Aku akan berada di hotel itu
selama duapuluhlima hari yang sesuai jadwal yang diberikan oleh penyelenggara
diklat. Dan aku diberangkatkan oleh perusahaan dan aku mewakilinya.
Perjalanan Bandung ke Jakarta butuh waktu dua jaman namun situasi itu bila kondisi jalan tak mengalami kemacetan, jika sudah macet maka perjalanan ditempuh sampe empat jam-an, lumayan lama. Apalagi aku bertempat tinggal di Lembang. Butuh hampir dua jam-an menuju terminal Leuwi Panjang kalau kondisinya macet. Dan sekarang cuaca lagi panas. Namun bagiku Lembang tak seperti dulu lagi dengan cuaca yang dingin dan sering turun kabut. Dan hingga sekarang setelah hampir setahuanan kabut jarang turun meski hujan turun. Apalagi dulu, Bandung memang terkenal dengan sejuknya tetapi sekarang tidak lagi meski banyak orang yang baru datang ke Bandung dan merasakan bermalam akan mengatakan hal yang sama : dingin. Tak seperti biasanya yang selalu sejuk kondisi cuaca di Lembang. Lembang sangat terkenal dengan udaranya yang sejuk kalau siang hari meski terkadang matahari sangat terik, tak seperti di Jakarta yang gerah! Memang sih dari geografisnya sudah berbeda.
Perjalanan Bandung ke Jakarta butuh waktu dua jaman namun situasi itu bila kondisi jalan tak mengalami kemacetan, jika sudah macet maka perjalanan ditempuh sampe empat jam-an, lumayan lama. Apalagi aku bertempat tinggal di Lembang. Butuh hampir dua jam-an menuju terminal Leuwi Panjang kalau kondisinya macet. Dan sekarang cuaca lagi panas. Namun bagiku Lembang tak seperti dulu lagi dengan cuaca yang dingin dan sering turun kabut. Dan hingga sekarang setelah hampir setahuanan kabut jarang turun meski hujan turun. Apalagi dulu, Bandung memang terkenal dengan sejuknya tetapi sekarang tidak lagi meski banyak orang yang baru datang ke Bandung dan merasakan bermalam akan mengatakan hal yang sama : dingin. Tak seperti biasanya yang selalu sejuk kondisi cuaca di Lembang. Lembang sangat terkenal dengan udaranya yang sejuk kalau siang hari meski terkadang matahari sangat terik, tak seperti di Jakarta yang gerah! Memang sih dari geografisnya sudah berbeda.
Aku sengaja tidak membawa mobil karena
lamanya diklat hampir sebulan dan itu akan mengganggu kegiatanku untuk
sering-sering manasin mesin dan lagi belum terpikirkan kalau semisal bayar
pakir, apalagi parkir di hotel di Jakarta yang lumayan mahal yang membuat ku
urungkan. Padahal jika aku membawa mobil maka aku sedikit lebih santai dalam
perjalanan tanpa harus menunggu lama naik transportasi umum. Dan, aku turun di
Terminal Ledeng setelah memakan duapuluh menit lamanya dan aku harus kembali naik
kendaraan umum menuju terminal Leuwi Panjang. Seperti biasa, Damri menjadi
langganan orang-orang sini, baik pribumi maupun pendatang : mahasiswa, dan
pekerja karena biaya transportnya murah. Dan selalu menjadi primadona meski
saling berdesak-desakan dengan penumpang lain.
Seperti pada umumnya, suasana yang panas
ditambah ramainya penumpang pada bus kali ini membuat ku merasa
berdesak-desakan meskipun aku mendapat tempat duduk dibagian paling belakang
samping jendela bus!. Aku melihat, dari anak remaja dan orang dewasa mempunyai
rasa kepedulian terhadap penumpang lain jika kondisinya tak memungkinkan,
seperti orang tua disuruhnya duduk oleh pemuda atau seorang ibu-ibu yang
menggendong bayinya. Kepeduliannya tinggi, aku tersenyum dan kesadaran mereka
lebih mengutamakan kemanusiaan. Tak lama aku tak pedulikan padanganku ke depan.
Aku lebih memilih untuk menikmati perjalanan ini sembari melihat disisi jalan
meskipun perjalanan ini selalu terulang jika aku menuju ke Terminal Leuwi
Panjang. Sesekali aku melihat sekitar, silih berganti pada penumpang dan jumlah
penumpang makin berkurang hingga semua orang mendapat duduk masing-masing.
Kemudian aku mendengar sebuah lagu milik Iwan Fals yang Sarjana Muda yang
dinyanyikan oleh pengamen dengan suara yang hampir menyerupai Iwan Fals tetapi
pengamen ini lebih merepasi hingga aku terbawa dan mengikut menyanyi.
Aku tersentak dari tidurku oleh suara keras
tiga orang pemuda dengan dandanan punk sedikit kumal. Mereka berlontar-lontar
yang intinya meminta uang dengan tanpa gaya seorang pengamen yang menjual suara
dan iringan musiknya. Kali ini aku mendapati bahwa terminal sudah hampir dekat
dan aku mempersiapkan diri.
Aku
menelusur masuk kedalam terminal dan menuju ke antrian bus arah Kp. Rambutan. Dan
kali ini adalah keberuntunganku karena bis Primajasa jurusaan Kp. Rambutan
sudah ada didepan dan hendak berangkat. Kemudian aku duduk ditengah-tengah. Kulihat
bus ini penuh tinggal dua kursi yang kosong dan aku mendekati ke kursi
tersebut. Aku mengambil posisi yang tepat agar badan lumayan enakan dan kalau
pun aku ngantuk juga bisa tertidur dengan nyenyak. Tak lama seorang perempuan datang dan
mengambil duduk disampingku. Bis perlahan mengarah kedepan dan melaju. Beberapa
puluh menit kemudian masuk ke jalan tol.
Kulihat awan berubah drastis menjadi mendung
berat setelah melaju hampir satu jam-an dan di kaca mulai tergores oleh air
hujan yang tak merata. Aku menikmati melihat pemandangan keluar dari bilik kaca
bis ini walau sesekali tertinggal oleh kencangnya laju bis ini. Dan
brukkkkkk.... hujan turun dan berasa kencang terdengar diatap bis. Kaca basah
oleh guyuran hujan dan mulai berembun
yang mengalangi pandanganku kemudian menghilang setelah suhu merata didalam
bus. Aku mendapati arah keluar bahwa perjalanan baru sampai di range KM 120 KM.
Aku yang terduduk disebelah kanan dengan pasang headset mendengarkan musik dari
gadget-ku.
Tak lama aku terhayut oleh lagu dalam gadget-ku
dan merubah dalam lamunan. Aku mulai tak memperdulikan pemandangan dibalik kaca
bis ini atau didalam bis ini. Aku tidak mempunyai titik pandang. Kemudian mata
hanya sekadar melek yang mulai sayu oleh sedikit rasa kantuk. Namun ku alihkan
agar untuk tidak tidur meski kelopak mata ini tak mampu menopang rasa kantuk
dan untuk mengalihkannya, dalam hati hanya bisa membaca angka-angka kilometer
jalur tol Cipularang yang terpasang pada sisi kanan bis ini.
↭
Aku tersentak dalam tidurku. Nafasku
tersengal. Peluhku mengalir. Aku seperti kehilangan kendali namun yang tidak
seperti orang yang melatah. Mataku sedikit berat dan perih, mungkin juga
memerah. Kondisi ini seperti orang tertidur kemudian dikagetkan, situasi dan
kondisinya pun akan sama. Tak lama, aku berusaha mengatur nafasku yang tak
karuan dan dengan segera ku berusaha menenangkan diri pada posisi tempat duduk
ku.
Aku mulai tenang. Dan entah aku bermimpi atau
memang nyata bahwa aku mendapati seorang perempuan berbaju putih dan berambut
panjang yang tiba-tiba menengok ke arahku dengan pandangan yang tajam. Wajahnya
pucat, penuh luka dan berdarah. Rambutnya sedikit tak beraturan. Dalam baju panjang
berwarna putih terlihat kusam dan terlihat beberapa bercak dan berlumur darah,
dilengan dan terlihat banyak ada disekitar leher. Aku melihat dengan jelas
perempuan itu. Aku melihatnya seolah bis yang ku tumpangi tak berkaca dan diam,
tidak melaju. Aku seperti dikursi pesakitan, mungkin kondisiku sama seperti
orang duduk dengan lengan diikat dan hendak melepas diri dan tak mampu untuk
berlari sementara hanya bisa teriak dan menutup mata kemudian berteriak. Namun
mataku seperti tertahan dan seolah-olah aku dipaksakan untuk tetap melihat
perempuan itu. Beberapa kali perempuan itu memanggil sebuah nama namun suaranya
tak jelas oleh rasa ketakutanku. Suaranya sedikit merintih, terdengar kemudian
menghilang perlahan. Kejut ku pun tiba saat perempuan itu dengan lambat
kemudian mulai mendekat kearahku.
Aku kembali menenangkan diri. Setelah itu, ku
lihat dengan seadanya disekitar orang-orang masih pada posisinya dan yang ku
dengar hanya hening. Tak seperti biasa, saat aku bepergiaan ke Jakarta dengan
bis ini kondektur dan sopir saling bercerita sepanjang jalan terkadang tertawa
dan terkadang diam sesaat yang mungkin buat mencari bahan oborolan mereka. Dan
juga beberapa penumpang ada yang asik ngobrol dengan temannya yang sejajar.
Atau adanya anak kecil yang selalu menyanyi atau asik ngobrol dengan orang
tuanya. Pada kali ini suasa didalam bis menjadi sunyi. Cuaca diluar terlihat
mendung dan lagi dengan lapisan plastik warna hitam pada kaca bis ini terlihat
makin gelap keadaan diluar. Lalu perempuan yang duduk disampingku masih
terlelap tidur dengan kondisi mulut yang menganga dan mengorok lirih. Yang
kulihat pada perempuan ini sedikit kering pada kulitnya, tulang hidung yang
terlalu mangir, dan tulang pipi yang terlihat tirus. Sesekali perempuan yang
mengenakan kaos warna abu-abu dengan beberapa gambar dan tulisan terlihat
menggigil oleh AC bis ini begitu pun dengan aku rasakan. Rambutnya sedikit
berantakan oleh posisinya yang selalu berganti-ganti. Dan kondisi jantungku
masih berdetak kencang!.
Aku berusaha untuk mengelakan peristiwa yang
ku alami tadi namun ia masih berjibaku didalam pikiranku. Pikiran yang aneh-aneh
pun muncul hingga menjalar yang diluar nalar. Seandainya... seumpama dan
beberapa kata yang berkaitan mengambang dipikiran. Ingin ku enyahkan tapi masih
bertahan. Ku alihkan dengan menutup mata tetapi tak bisa dan kemudian pikiranku
langsung mengarah pada beberapa peristiwa pemberitaan tentang mistis diseputar
tol Cipularang dari awal pembuatan hingga aktifnya jalan tol Cipularang ini.
Peristiwa kecelakaan maut tunggal, kecelakaan maut beruntun, pemberitaan
tentang gunung Hejo yang disekitar area tol Cipularang yang semua terjadi di
titik KM 88-100. Banyak cerita yang disampaikan dari berbagai media online dan
masyarakat yang pernah mengalami kejadihan hal-hal aneh yang dialami sendiri.
Dan aku teringat kembali pada sebuah blog yang kubaca semalam yang banyak
menceritakan tentang tol Cipularang, dari kemistisannya, peristiwa hingga tentang
cerita yang diluar nalar, menurutku. Awalnya, aku tak sengaja untuk browsing
tentang misteri jalan tol Cipularang karena niatku hanya mencari posisi letak
hotel yang akan ku tuju.
Banyak link yang ku buka hingga hampir
berderet tab-tab di browser chrome-ku di Asus. Ku sapu bersih dengan detil tiap
artikel-artikel yang ada hingga ku makin penasaran dengan cerita-cerita yang
ada. Terakhir, adanya pemberitaan bahwa artis pedangdut Saipul Jamil mengalami
kecelakaan bersama istri dan keluarganya hingga menewaskan istri Saipul Jamil.
Ada lagi pemberitaan yang terbaru tentang penampakan sosok perempuan berambut
panjang dengan warna putih yang dikenakan pada tempat duduk paling belakang
disebelah kanannya. Gambar tersebut tertangkap kamera ponsel milik seseorang
yang menyasikan kejadian nahas itu. Aku hanya bisa mengernyitkan saat membaca isi-isi
artikel. Bulu kuduk makin beranjak berdiri hingga ku close all tab browser yang ku baca. Tak lama aku terkaget oleh
bunyi ponsel yang mendering suara old
phone. Kemudian ku raih ponsel dan “Iya. Oke, nanti kuhubungi lagi.” Lebih
baik aku niatkan untuk tidur. Sementara aku merasakan ada suara desahan yang
tak jelas dari arah jendela kosan-ku. Suaranya makin lambat mulai menghilang
dan hanya sekali. Aku paksakan untuk memejamkan mata.
↭
Kini, aku hanya diam meski memoriku entah
berantah oleh peristiwa tadi : entah mimpi atau memang kenyataan yang hadir
diluar kesadaranku. Selama ini aku tak pernah percaya dengan adanya mitos atau
tentang penampakan, dan itu prinsip dalam hidupku. Menurutku jika seseorang
yang pernah melihat sesuatu tentang dunia lain maka ia hanyalah hasil dari
sebuah halunasinya saja yang terbawa oleh kondisi dimana seseorang telah
mendapat suatu peristiwa yang dibawanya. Atau hasil dari pemikiran yang kelewat
jauh tentang hantu itu seperti apa. Dan sekarang, dengan situasi dan kondisi
seperti ini maka aku dalam sebuah keyakinan antara Ya dan Tidak.
Walau detak jantung kembali normal namun terbesit
besar sebuah kata tanya dalam hati, Kenapa?. Ya, kenapa aku mengalami hal ini? Apakah
ini adalah hasil dari artikel yang kubaca oleh rasa takutku? Atau..... aku
segera menanggalkan perasaan itu.
Aku memandang keluar dan arahku tertuju pada
papan yang bertuliskan titik angka KM. Kini yang kulihat Kilo Meter (KM) 90. Pandanganku
lurus, ku abaikan pepohonan yang berjajar yang terlewat cepat oleh laju bus
Primajasa. Hanya dalam hati menghitung papan KM yang terlintas setiap seratus
meter-an. Dan aku kembali dibawa oleh rasa kantuk karena lelahnya mata. Mungkin
ini seperti dihipnotis meski aku masih mempertahankan agar tidak membayangkan
diluar nalarku. Cara terbaiku adalah dengan membuatkan diri untuk kembali
tertidur dan mencari yang baik untuk membuat mata lelah.
↭
Aku
berlari sekuat langkah meski nafas tersengal dan sempat beberapa kali terjatuh.
Aku berlari mengikuti jalan setapak pada jalan yang becek pada tempat yang
asing bagiku. Dan aku terjebak oleh adanya dinding bebatuan yang tertutup oleh
tumbuhan merambat tak lebat. Dan aku membalikan badan, sementara perempuan
berbajuh putih dengan rambut panjangnya begitu cepat menghampirku. Dengan cepat
yang menggantung dan kedua lengannya diarahkan kedepan seakan mencekikku. Mukanya
yang dingin pucat dan matanya yang melotot tajam dan “Tidak!!!”.
0 komentar:
Posting Komentar
Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)