Lalu aku menggertak sembari menghujamkan pisau buah yang
ada di meja makan Jenderal Besar itu. Kami sedang makan malam untuk membahas
keamanan negara ini karena suatu masalah dan Jenderal Besar dikaitkan dengan
hal itu, seperti pada berita yang santer di media masa baik elektronik maupun
cetak. Makan malam ini dihadiri oleh beberapa Jenderal, Letjen, Mayjen, Brigjen
dan aku adalah satu-satunya Kolonel yang diundang oleh Jenderal Besar. Untuk
alasannya aku pun tak tahu apa. “Seperti ini kekuatanku Jenderal, meski kecil
dan berkarat namun mematikan.”
Para jenderal pun tersentak oleh sikapku dan Jenderal
Besar berpucat pasi dengan gugup dan diamnya.” Aku bukanlah sesungguhnya bagian
dari kalian tapi aku adalah bagian dari mereka. Aku lahir di golongan mereka.
Hati ku pun sama seperti mereka yang selalu menangis dan menjerit kala Anda,
anda, anda dan anda semua membuat kebijakan diluar nalar pikiran kami.” Para
ajudan diisyarakatkan untuk menangkapku namun Jenderal Barat dan Jenderal
Selatan meng-tidak-kan perintah dari Jenderal Timur dan Jenderal Utara. Mereka
kembali berdiri jauh dari meja kami. Sang Jenderal Besar mulai menyimak
ucapanku yang sebelumnya mulai kaget dengan sikapku.
“Apa yang mereka tahu tentang negara ini? Mereka hanya
tahu perut mereka kenyang, pendidikan murah, kesehatan murah dan biaya hidup
yang murah. Dan mereka sudah sadar betul siapa pemimpin-pemimpin mereka yang
idam-idamkan. Mereka bukan bodoh yang diberi uang untuk memilih terus akan
memilih susai yang diinginkan oleh anda-anda semua. Mereka senang saja menerima
banyak uang namun untuk memilih anda, belum tentu. Mereka sudah tahu karakter
para eksekutif dan legislatif dinegara ini.”
“Mereka meminta kedamaian hidup!. Kedamaian untuk
kehidupan mereka dan anak cucu-nya. Mereka adalah korban-korban atas dari
pemikiran kepintaran anda yang hina! Yang licik! Munafik! Dan tak tau hukum
Tuhan. Anda anggap Tuhan seperti rakyat biasa yang tak akan pernah tahu
perbuatan buruk anda semua. Anda mengsampingkan Tuhan seperti anak kecil yang
merengek meminta uang kepada ibunya. Anda salah!!! Memang,... Tuhan tak akan
menghukum anda sekarang namun nanti... nanti kalian adalah barisan paling depan
untuk pertanggungjawaban atas perbuatan kalian. Bukan seperti sekarang yang
selalu dibelakang dan asik menghitung keuntungan dan menyisihkan untuk partai
anda.”
“Bukankan negara ini menjadi koruptor terbesar karena
ulah pelaku partai? Parti yang dijakan ajang corporation yang mencari
keuntungan semata dengan alasan ingin merubah negara ini. Tapi itu sebatas
hanya pada sebuah kata INGIN!
0 komentar:
Posting Komentar
Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)