Minggu, 14 Oktober 2012

Manusia : Komponen Hidup

Yang katanya hidup itu susah. Apalagi dijaman sekarang serba mahal dan makin susah, apalagi bila terjadi inflasi. Orang berlomba-lomba untuk menimba pundi-pundi uang untuk menjauhkan rasa kesusahan dalam hidup. Memperalat ragawi hanya untuk memenuhi syarat keputusan pekerjaan. Tak selesai / lehai maka dianggap tak mampu mengerjakan pekerjaan. Bila tertaget hasilnya sebuah reward menanti besar-besaran.
Sudah cukup dengan hasil yang sekarang? Belum! Masih banyak kebutuhan primer yang terpenuhi. Bila kebutuhan primer terpenuhi, lantas sudah cukup? Belum! Kebutuhan sekunder belum memadai untuk menunjang. Cukupkah sampai kebutuhan sekunder? Belum! Kebutuhan tersier belum memiliki dan demikian seterusnya.

Kita dituntut untuk tetap ekstra bekerja. Mereka yang sudah mengalami dengan titik kejenuhan maka akan beralih pada sebuah titik dimana uang bukanlah alat untuk 'bunuh diri'. Tapi kedamaian, ketentraman, ketenangan dalam pikiran dan hati adalah menjadi prioritas.

Sebuah ayat menjelaskan, 'Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak' : QS Al Kautsar (1). Sudah jelas bahwasanya nikmat yang didapatkan manusia itu lebih yang manusia minta. Nikmat itu bukanlah berupa uang / benda-benda yang berharga / yang dinominalkan. Itu semua hanya sebagai pelengkap atas upaya yang manusia raih. Namun nikmat yang menjadi utama adalah nikmat hidup : mendapat sehat, masih bisa di beri waktu sekarang untuk hidup dan lain-lain.

Dan apakah yang mereka raih atas usahanya hanya untuk bersenang-senang / bermegah-megahan? Kita lihat orang-orang kaya, tentunya ada penilaian dan karakter masing-masing dari orang kaya tersebut dan kita bisa mendefinisikan hal itu. Bahwasanya 'Bermegah-megahan telah melalaikan kamu' QS At-Takasur (1). Bermegah-megah dalam soal banyak anak,harta, pengikut, kemuliaan, dan seumpanya melalaikan kamu dari ketaatan (penjelasan ayat tsb).

Kita tercipta sebagai makhluk sosial. Makhluk yang saling menggantungkan sesama. Makhluk yang tak bisa hidup sendiri. Heterogen, yang masih banyak orang-orang disekitar kita. Dan bukan kita saja hidup dibumi ini. Kita sebagai manusia harus mengerti kondisi lingkungan. Memahami karakter dan humanisasi / humanisme. Kita juga sebagai makhluk yang bertuhan, yang mempunyai hubungan vertikalisme / vertikalisasi atas kita sebagai hamba-hambaNya.

Dengan begitu maka sosialisme terbentuk dan bisa hidup berdampingan. Seperti ayat 'Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat-nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran' : QS Al Asr ( 2-3).

Peran kita sebagai manusia adalah dalam batas sewajarnya. Keikhlasan, kesyukuran, kearifan, kesabaran dan ketaqwaan adalah komposisi manusia untuk lebih baik.

Hidup itu memang indah, namun apa arti keindahan jika kematian datang.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Related Posts:

  • Dialog Ku hanya bisa lari dan berlari terus untuk mencari pohon untuk berteduh dan nafas ini masih tersengal hingga dada terasa sakit dan tak kuat tuk menga… Read More
  • seperti-NYAbahasa paling aman adalah bahasa kalbu. Tak seorang pun mampu mendengar dan mengerti apa yang diucapkan. Bahasa yg sembunyi di balik mimik yang penuh … Read More
  • Seandainya... Aku ini... Aku itu... Aku manusia seperti pada umumnya yang mempunyai banyak permintaan dalam kehidupan ini. Aku manusia seperti pada umumnya yang mempunyai kelemahan dan … Read More
  • Rindu Setengah Mampus...!!! Bayangin dulu : 'ada orang gila yang sedang gusar lalu dia ketawa terbahak-bahak oleh sesuatu yang ada dibenaknya kemudian tak lama menjadi m… Read More
  • Cara Mengubah Pandangan Masyarakat pada Penyandang Disabilitas Penyandang disabilitas adalah seseorang yang mempunyai kekurangan pada fisik atau mental yang membuat (dia) tidak berkegiatan seperti pada non disab… Read More

1 komentar:

Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)