Senin, 29 November 2010

Nggak ada kegiatan!

Libur... libur..libur... mo ngapain ya??? ngga ada kegiatan banget, seriously!!! Kalo mo ngurus cucian, kosan, rasanya malas banget wat ngurusin itu. Itu bukan suatu kegiatan yang menyenangkan banget!!!

So I'm going to internet cafe for browsing 'n looking at pengumuman CPNS namun belum ada. So I take blog dech. Sekalian ngisi blog ku ini.

Ada satu kekesalan pada blogku ini coz beberapa postingan di label CATATANKU ke deleted karena salah ngelick!!! Uhgh!!! am really stupid banget kayaknya.

Kamis, 18 November 2010

MANg DUL

BAB I
KOPRAL JALANAN

‘HAI semua, kenalin, gua adalah seorang anak jalanan yang dilahirkan diantara orang-orang tinggal dengan sisa-sisa bahan untuk dijadikan tempat teduh dan melakukan aktifitas kesehariannya di pinggir kali : entah mandi, masak, atau buang ee-nya di kali itu juga. Nggak usah jijik!. Tapi gue seneng bisa lahir dan tumbuh di lingkungan seperti itu karena di tempat itulah bonyok gue saling bertemu dan brojol-lah gue.
Diseberang kali, banyak tumbuh gedung-gedung pencakar langit yang mampu meraih burung-burung lagi terbang, besar dan mewah!. Cukup ironis kan?. Nggak usah mikirin hal itu soalnya gue yang udah umur duapuluh tahun nggak pernah mikirin menjamurnya gedung-gedung itu. Bagi gue yang penting adalah gimana dengan hidup gue lebih panjang di era serba terbatas buat orang miskin.
Ops! tapi lo nggak usah mikirin gue hidup dari mana. Gue punya otak men, so jangan heran bila gue mikir bukan dengan kepala gue tapi perut gue.
Oh ya, gue Dul, ejaannya D.O.E.L. Orang-orang yang kenal sama gue memanggilnya dengan nama itu. Gue punya nama lengkap dan pemberian nama gue itu pake bubur merah putih sama bonyok gue seperti orang-orang gedong juga. Tapi sayang, nyokap gue meninggal karena sakitnya, sepuluh tahun yang lalu dan bokap gue tau kemana. Gue anak tunggal so I’m free boy. Kemana aja gue bebas bebas seperti …’ Ucapnya dalam hati. Dalam kondisinya yang sesak didalam Kopaja dan Dul posisi berdiri sembari memperhatikan orang-orang disekitarnya. Dan mobil pun mengerem. Serontak para penumpang pada kaget dan saling menyenggol. Tak lupa, dengan keahliannya Dul meraih dompet didalam tas pada seorang wanita muda yang tepat berdiri didepannya.
Dul telah lama memperhatikan tas tersebut setelah beberapa menit naik dari Kopaja dan pikirnya akan melakukannya bila keadaannya mendukung untuk dicopet. Dul sering melakukannya didalam Kopaja dengan penumpang yang sesak sebab dengan seperti itu maka ia akan bebas dan tak akan tahu gerak-geriknya.
Dul berhasil meraihnya dan memasukan dompet itu kedalam jaket jeansnya yang sudah beralih warna hitam oleh debu-debu yang tercampur keringatnya. Kopaja berhenti menurunkan penumpangnya, Dul pun ikut serta turun. Langkah awalnya cepat namun setelah jauh dari keramaian ia melambatkan langkahnya. Kini ia berjalan di trotoar, di balik badannya maka akan terlihat kesibukan kendaraan bermotor dengan saling berebut bunyi klaksonnya dan udara yang berkabut polusi.
‘… ini dia yang gue bilang : jangan heran bila gue mikir bukan dengan kepala tapi dengan perut gue’. Dul riang, bibirnya berkembag terus dan dompet itu sekali dilemparkan dari tangannya dan diraihnya kembali kemudian diselipkan kedalam saku jeans belakangnya. ‘Jangan salahin gue bila cari makan dengan nyopet. Maklumin aja bro untuk hidup gue, kalo yang lain terserah mereka. Tapi jangan salah, walau gue pencopet namun gue masih punya rasa empati dan kalao dibilang gue tuh orang yang humanis, sosialis, nasionalis dan gue juga patriotis dan aktivis buat diri gue sendiri.’ lanjut Dul cerita pada dirinya sendiri kemudian ia tertawa bahak dan berlari kencang.



Seorang perempuan berjalan ditrotoar dengan terburu-buru dengan tas warna coklat yang digantungkan dibahu kanannya dan lengan kirinya menjinjing tas kotak tipis warna hitam. Beberapa menit yang lalu perempuan tersebut turun dari mobil Honda Jaz warna merah yang kemudian mobil itu meluncur meninggalkannya. Dengan kostum kantornya, rok sepan yang panjang dibawah lutut membuat dirinya berjalan sedikit kesusahan. Perempuan itu berumur sekitar tigapuluhan.
Dul lari kencang. Nafasnya tersengal-sengal dan ia berhenti untuk mengatur nafasnya dengan membungkukan badannya. Kacamata hitamnya ia naikkan ke kepalanya yang berambut kribo, terlihat bahwa Dul sedang lari dari kejaran orang-orang karena aksi copetnya. Sekali ia menoleh kebelakang beberapa orang yang berlari terlihat dan Dul kembali berlari. Sesekali ia menoleh dalam lariannya hingga akhirnya Dul menabrak perempuan yang melintas didepannya.
Mereka terjatuh. Perempuan itu tertindih oleh Dul dan bawaan dari perempuan tersebut berserakan karena isi tasnya terbuka. Sementara dompet besar warna hitam dengan corak kulit buaya terjatuh tepat disamping tas perempuan itu yang dibawa oleh Dul. Perempuan tersebut merintih kesakitan. Dul beranjak dengan menopang badan dengan kedua tangannya namun pandangan Dul tertuju ke wajah perempuan tersebut. Pikiran Dul melalang buana, ‘Gila!, cewek ini cantik banget. Baru kali ini gue ngeliat cewek secantik ini. Ya Tuhan, lamakanlah hamba mu ini untuk tetap bersama cewek ini.’ Sementara perempuan tersebut berusaha untuk bangkit namun usahanya sia-sia karena ia merasakan kesusahan dengan posisi tubuhnya. Dul masih merajut dalam lamunannya. Dengan tegasnya perempuan itu menjambak rambut kribo Dul hingga sekuat tenaga dan Dul pun terbangun merasakan kesakitan. Aduh duh duh, kata Dul merengek.
Dul beranjak dan merapikan berkas-berkas bawaan perempuan itu namun suara dari orang-orang yang mengejarnya semakin jelas terdengar hingga Dul memutuskan untuk kembali kabur dari kejaran mereka.
Perempuan itu merapikan rambut lalu pakaiannya kemudian barang bawaannya. Semua bawaannya dimasukan kedalam tasnya begitu juga dengan dompet warna hitam. Dan orang-orang yang mengejar Dul melewati perempuan itu dan terlihat Dul telah menghilang dari pandangan orang-orang itu. Perempuan tersebut bergegas pergi dengan mulut komat kamit karena kesal.
Dul telah berhenti disebuah sudut gang kecil di kawasan kumuh. Matanya menyapu habis sekelilingnya lalu dia bersandar pada tembok yang sudah berkerak. “ Sial, sial, sial!!!” ucapnya geram dengan menendang-nendang kakinya. “Gara-gara cewek sial itu, gue ngga dapat duit. Awas! kalo lo ketemu lagi ma gue, gue akan dijadikan pacar!”. Tak lama kemudian mimik Dul kembali mengembang. Ia teringat dengan perempuan tadi yang ditabraknya. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari bersiul riang dengan mengusak-usak kribonya.




Dua Kata Pesan

Ternyata rabu malam mendung. Hawa dingin begitu semilir dirasakan oleh kulit yang tak berbalut kain tebal. Apalagi dengan sepetak kamar yang terbuat dari bilik bambo yang sudah lapuk dan terlapis tempelan koran bekas yang sudah terlihat kusam dan lantainya tanah masih dijadikan alas yang tertutup oleh lembaran bekas kardus yang merk sebuah lemari kulkas. Dul yang melingkarkan badannya dipojok kamar petak itu dengan kain sarung kotak.
Tak terlihat satu benda pun yang dapat dijual. Hanya kotak kayu yang dipaku untuk dijadikan tempat rak baju-bajunya dan satunya lagi untuk barang-barang miliknya. Atap dari asbes dengan lampu pijar lima watt, yang mampu memberi kejelasan untuk dapat dilihat pada malam hari untuk ukuran tiga kali empat meter. Tak lupa poster Iwan Fals yang berwara hitam putih dan Slank yang terpasang saling menghadap pada bilik itu. Bilik itu berdiri bersama bilik-bilik milik orang lain yang bernasib sama.
Dul gelisah dalam tidurnya. Wajahnya pun berkeringat lembut. Sebuah bayangan tentang masa kecilnya kembali hadir. Dimana ia terikat disebuah pojok rumah oleh ayahnya. Ayahnya selalu mendiskriditkan dirinya saat luapan amarah-amarahnya, entah masalah apapun. Dul adalah anak tunggal. Saat usianya sepuluh tahun ibunya meninggal karena sakitnya menahun kemudian ayahnya meninggalkan dirinya. Dul hidup sendiri dengan mengandalkan yang dimilikinya : entah itu pikiran dan tingkahnya yang tak berpendidikan hingga dalam pertumbuhan Dul tidak mengenal sopan santun. Namun itu semua tak membuat Dul untuk tidak ramah dengan orang-orang sekitarnya, malah ia lebih peduli dengan lingkungannya.
Mungkin karena kesendiriannya Dul memiliki sifat yang lebih kekeluargaan dan ini membuat dirinya lebih berasa memiliki keluarga. Dan ini adalah satu untuk menghilangkan rasa kesepian dan rindu kepada kedua orangtuanya.
Hal yang wajar bila dengan demikian sifat Dul yang tak terdidik. Bukan salah dirinya dan juga orangtuanya. Bukan pula Dul dilahirkan didunia namun itu semua adalah sebuah suratan takdir.
Dul adalah tergolong orang cerdas dan memiliki fisik yang bisa dibilang mirip dengan Fauzi Baadila. Dari fisik-fisiknya hingga jambang, jenggot dan kumis halusnya. Dul memiliki rambut kribo dari keturunan ayahnya namun kecerdasannya ia dapatkan dari pengalaman hidupnya diluar lingkungan ia dilahirkan dan dari sang ibunya. Dul yang mudah bergaul dengan seumurannya atau bahkan dibawah atau diatas umurnya.
Dilihat dari fisiknya, Dul kelihatan dewasa tidak terlihat seperti anak-anak seumuran. Wajah yang matang oleh pengalaman hidupnya membuat ia lebih kelihatan dewasa dan lebih berfikir lebih universal. Akan tetapi satu kelemahan pada Dul adalah dia sang copet. Dul nyopet bukan karena kehendaknya namun karena keadaan. Mungkin seperti yang di tulis oleh Kahlil Gibran dalam tulisannya bahwa ‘Pengetahuan tentang diri adalah ibu dari semua pengetahuan. Jadi, adalah tugas saya untuk tahu diri saya, untuk mengetahui sepenuhnya, untuk mengetahui hal-hal kecil tersebut, karakteristik, kehalusan, dan hal yang sekecil atom.’
Dul tersentak dari bangun karena mimpinya itu. Nafasnya potong-potong dan mukanya penuh dengan keringat. Padangannya pun entah dialihkan kemana. Beberapa menit kemudian nafasnya mulai teratur, isi kepalanya mulai berangsung kembali ke dunia nyata. Dul berpaling ke jam dinding, ia mendapati tepat pukul duabelas malam. Tangan kirinya mengusap keringat dengan tangan kirinya sembari memundurkan badannya bersandar.
Detak jam seirama dengan nafas-nafas Dul. Raut mukanya mengernyit. Kedua tangan jari-jarinya menyatu menutup bibirnya yang tipis kecoklatan. Dul dalam ketakutan!.



Mungkin bagi clubber atau penikmat dunia malam pukul 24.00 adalah awal untuk hadir dalam kesenangan dan waktu sore dimana mereka baru mengawali untuk menikmati malam dengan tujuannya masing-masing. Dingin dan kelamnya malam tak berarti bagi mereka karena mereka lebih giat untuk bisa memanaskan kondisi dirinya dengan kesukaannya mereka.
Denyut kehidupan di kota besar pun yang menyuguhi mereka untuk datang dan menikmati dinginnya malam, bagi mereka malam adalah sahabat setianya untuk melepas masalah-masalah mereka. Tak usah berguru untuk belajar dari dunia mereka karena mereka hadir oleh problematikanya masing-masing. Jam yang berputar pun membuat mereka tak peduli, malam penuh dengan kesenangan : entah seperti apa kesenangan mereka yang dilakukan.
Dan lampu-lampu dijalanan serta pada gedung-gedung memberikan warna keindahan sendiri di malam. Kota yang tak pernah tidur, itu sebuah nama yang sudah melekat untuk kota besar ini, Jakarta, sebuah kota yang sering dikagumi oleh orang-orang. Disalah satu sudutnya, pada sebuah club malam di daerah Kuningan, olahan music dari DJ mampu menghujam tajam ke jantung ke tiap pengunjungnya hingga dibuat kepayang. Lampu-lampu pun mengikuti hentakan music dengan bercahaya biru dan merah yang saling beradu dan tak pernah henti memberi kejelasan kepada penghuni di club itu. Clubbers saling menikmati dengan dances-nya sendiri. Perempuan dan laki-laki membaur, larut dalam music olahan DJ perempuan yang dandanannya serba hitam dan nyentrik.
Diclub itu, di tempat bar, dengan bartender yang sedang beraksi : botolnya berapi dan seorang perempuan di ujung diatas meja meliuk-likukan tubuhnya dengan busana hitam mininya : tak sedikit yang bergerumun bersama penari tersebut.
Sungguh suguhan yang fantastis, erotis dan mampu menangalkan pikiran-pikiran yang membuat stress diri, itu adalah cara-cara orang urban yang berduit dan tipis iman!.
Salah satu penikmat dunia malam itu, seorang perempuan cantik dengan rambut sebahu yang dibiarkan jatuh dengan busana you can see warna coklat tua yang serasi dengan warna kulitnya yang putih dan wajahnya yang oriental. Perempuan tersebut bukan keturunan tionghoa, dia adalah asli produk local, Bandung. Tubuhnya yang tinggi menjadikan perempuan itu menjadi sempurna di semua mata lelaki. Tak ayal, silir berganti selalu didatangi oleh seorang pria atau lebih yang mendekati untuk menggoda atau untuk berjoged bersama. Perempuan itu duduk berpangku di meja bar dan sebuah gelas kecil bening yang terisi air bening yang beralkohol. Sekali ia tenggak lalu menyodorkan kembali ke bartender untuk merefill. Perempuan itu setengah mabuk.
Mulutnya komat-kamit tak jelas. Pikirannya terbang terbawa ke beberapa tahun yang lalu. Kini, perempuan itu berada saat dirinya berusia duapuluhenam tahun dimana perempuan tersebut sudah bertunangan dengan seorang pria yang dicintainya sejak awal kuliah. Teringatnya, sebuah keindahan kebersamaan cinta : tentang kasih sayang, perhatian, dan kepercayaan diantara mereka. Mereguk kebahagiaan yang selalu didapat. Namun secara cepat pikiran perempuan itu menuju kesebuah masa lalu dimana dirinya mendapati tunangannya telah berduaan disebuh ranjang kamar tunangannya. Tragis!, rencana perkawinan yang akan dilaksanakan akhir bulan kandas. Sebuah hubungan yang dijalani selama lima tahun bersama kekasihnya telah pupus begitu saja dan kepercayaan yang telah diyakini pun telah murtad dari cintanya.
Perempuan itu tersentak hingga ia mengangkat kepalanya. Setengah sadar, perempuan itu mencari tahu tentang keberadaannya namun hal itu tidak dilanjutkan kembali karena matanya mendapati sebuah gelas yang telah diminta sebelumnya. Perempuan itu menenggak minumannya. Gelasnya dihentakkan, lalu perempuan itu beranjak berdiri namun kondisi tubuhnya tidak bisa menopangnya.
Seorang pria dengan penampilan seperti eksekutif muda dengan kemeja warna gelap yang press body yang lengannya dilipat kesikulengannya dan celana hitam pula yang memberikan kesan pria smart dan fresh serta kaca mata minus yang berframe tebal dan style rambut spyke yang basah oleh minyak menambah penjelasan sekilas tentang dirinya.
Pria tersebut meraih pundak perempuan itu yang sedari tadi mengintainya. Pria tersebut telah memata-matai perempuan itu semenjak masuk club malam. Dari pandangannya tak pernah lepas dari kedua matanya yang cekung. Dan pria tersebut memikul lengan perempuan itu menjauh dari tempat kerumuman para dugem!.



Pagi telah menjelma. Kokokan dari suara ayam tak didengar oleh Dul yang terkandang dari biliknya dan rasa hangat dari sang surya memberikan kehangatan panjang dalam tidurnya. Dul baru terbangun tatkala rasa sengat sinar matahari membakar genting asbesnya hingga dirinya terbasuh keringat. Dul mengusap mukanya dan memandang ke arah jam yang mengarah ke jam 12.00 siang. Dul tersontak kaget namun kembali melayu karena ia mengingat akan mimpi-mimpinya.
Dul membenah sarung dengan mengikatnya ke pinggang. Sebuah foto dirinya dengan orang tuanya sewaktu kecil yang kusam diraihnya dari tempatnya. Jemarinya mengelus-elus muka ibunya yang tersenyum lepas dalam fotonya. Dul pun mengikut senyum.
‘Nak, datanglah ke sebuah kota yang banyak santrinya. Kau kan merasakan manisnya rasa dari warna hitamnya. Kau akan menemukan sesuatu yang kamu dapatkan dan kamu pasti akan bahagia. Ingatlah nak, ibu yakin dengan apa yang kau langkahi pasti akan mendapatkan sesuatu yang berharga dari pemahaman yang kau dapat. Jangan lekas kau lelah saat kau mendapat sulit didalamnya karena itu adalah sebuah jalan’ ucap ibunya dalam mimpi itu.
“Dul berjanji akan mengingat kata-kata ibu” balas Dul dengan mata yang berkaca. Lalu dipeluk erat fotonya. Jarum jam terus berputar tiada henti yang sudah usang oleh waktu. Dan terik masih menjamah ke bumi memberi semangat terhadap para penghuninya.

Terdengar suara menyebut nama Dul dibalik pintu bilik miliknya. Dul melepas kerjaan saat mengemas pakaiannya kedalam tas slempangnya yang sudah mulai rusak di tiap ujung-ujungnya dan sudah berubah warna dari warna aslinya. Terdapat tempelan dan tulisan-tulisan berbahasa inggris. Dul berdiri dan membuka pintu setelah berulang-ulang dipanggil. Dia mendapati seorang pria berbadan tegak dan terlihat preman, “ Dul, ada kerjaan buat lo. Lo mau kerja enak kan?” sahut pria itu.
“Wah... mau bang. Emang kerja apa bang?” jawab Dul, mukanya terlihat girang. Dul merapi rambut kribonya kebelakang oleh kedua tangannya, “masuk dulu bang” lanjut Dul namun pria itu menolak dan memaksakan untuk bertahan berdiri disampng pintu saja.
Mereka berdialog serius. Dari muka Dul mendapat kebingungan dengan penjelasan dari pria itu. Dengan memastikannya pria itu berusaha untuk membuat Dul ikut ajakan kerja. Dul sempat menolak namun itu hanya sesaat saja ketika Dul di rangkul dan dibawa kedepan rumah untuk duduk bersama. Dengan lebih serius pria itu memberikan sesuatu amplop untuk memastikan agar Dul cepat lebih mengerti. Dul pun menerima. Alasannya ia sedang butuh uang untuk membeli sesuatu yang diinginkannya : Gitar!.
Pria tersebut meninggalkan Dul yang masih duduk di sebuah kursi panjang yang tak bersandar. Sementara Dul masih dalam gemingnya. Ia masih membolak-balik amplop yang diberikan pria itu. Kemudian Dul memutuskan untuk masuk ke rumahnya. Orang-orang berlalu lalang yang tak cukup padat pada siang itu.
Dul membuka amplop. Lembaran uang limapuluh ribuan menumpuk yang sudah diikat dengan kertas dan tertulis angka lima juta rupiah. Dul kaget. Dia hanya berfikir tentang tawaran kerjaannya yang diberikan oleh pria itu. Pria itu adalah Anto, teman jalanan. Dia dekat dan sering membantu Dul tatkala Dul meminta pekerjaan. Namun yang membuat aneh bagi Dul adalah dirinya keheranan yang dilakukan Anto sebab biasanya Anto selalu memberikan uang setelah pekerjaannya telah selesai dikerjakan. Dan jumlahnya juga tidak seperti uang yang diterima sekarang. Dia hanya dapat upah paling besar adalah dua ratus ribu.
Dul berfikir sejenak. Sebab Dul paham dengan Anto. Dul paham akan pekerjaan-pekerjaan Anto yang lain. Pekerjaan yang sering diberikan ke dirinya hanya mengantarkan bungkusan-bungkusan yang dikirim ke sebuah orang ke tempat Anto minta. Dengan cepat Dul pun menerima tawaran pekerjaan yang diberikan oleh Anto namun Anto memberikan pekerjaan itu setelah satu minggu kemudian. Uang dimuka, itulah yang jadi pembayaran karena Dul minta ke Anto. Selain itu Dul hanya mengandalkan kehidupannya dengan copet meski terkadang ucapan dari hati kecilnya sering menolak namun apa daya yang bisa dilakukan demi menjalankan hidup dengan cara seperti.
Namun dengan mimpinya semalam membuat Dul makin bertekad untuk meninggalkan pekerjaan copet dan itu tak gampang untuk ditinggalkan. Perolehan uang yang diterima Anto membuat ia segera membeli sebuah gitar sore harinya dengan kebutuhan lainnya. Dan resiko yang dia akan ambil pun sudah akan diterima. Dul pernah di kejar polisi saat transaksi saat melaksanakan pekerjaan yang diberikan Anto dahulu. Dan Dul pun lolos dari kejaran dengan akal cerdiknya.

Minggu, 14 November 2010

C.I.N.T.A, What is meaning on you?

'Bertahan satu cinta, bertahan C.I.N.T.A', itulah sebaris lagu dari C.I.N.T.A oleh d'Bagindaz yang sudah menggantung diposisi chart musik dimasing-masing stasiun tv maupun radio. Ok, leave it 'bout the C.I.N.T.A. D'bagindaz b-coz i will all about love!
Cinta, apa yang pikirkan sebuah cinta? Tak usah mengartikan secara harfiah arti dari kata tersebut namun bagaimana kamu melihat cinta dari pikiran, mata dan juga dari sebuah perasaan atau hati. Atau juga percampuran dari ketiga kata tersebut dan juga dari beberapa pengalaman kamu tentang cinta.
Mungkin akan banyak sekali definisinya. Dan juga akan berbeda pula cara menyampaikan cinta itu kepada seseorang atau kelompok yang dicintainya.
Cinta, sebuah kata yang ampuh membuat manusia menjadi berubah hingga 360 derajat dan mampu mengalihkan haluan jalan manusia itu sendiri, pada masih masa-masa cinta.
Secara pribadi, aku tak bisa menjabarkan tentamg semua gerak gerik cinta dan akibat-akibatnya dari cinta karena akan penuh perbedaan dari yang lainnya sebab cinta itu luas dan tak terbatas untuk dijelaskan atau diekspresikan.
Cinta punya kedudukannya sendiri di kehidupan manusia dan itu berada pada sebuah rasa sifat manusia. Cinta itu pula yang bisa menguasai (bahkan) karakter manusia untuk bertindak sesuai dengan dengan kehendaknya. Sebuah efek dari sebuah kata yang (mampu) menghujam,menghujat,menjunjung dan atau menjunjung kemanusiaan.
'Cinta itu buta','Tahi kucing pun dianggap coklat' dan lain sebagainya tentang peribahasa atau ibarat-ibarat yang ada. Dilihat seperti itu kemampuan dan kekuasaan cinta telah mampu menguasai raga jiwa di manusia yang (terkadang) tak menyadarkan nilai-nilai kemanusiaan, apapun nilainya itu : besar atau kecil.
Apa yang kamu rasa dari awal sebuah cinta? Pertengahan jalannya? Dan akhir sebuah percintaan? Beragam jawabannya namun jika diimplisitkan maka ada dua yang didapat dari sebuah jalinan tersebut : sedih dan kebahagiaan. Atau efek-efek dari kedua kata tersebut yang masih mempunyai pengaruh yang kuat.
Namun,hakekatnya, kesimpulannya adalah kita harus punya rasa cinta untuk menyelaraskan kehidupan didunia, apapun bentuk penyampaian cinta itu seperti apa namun masih dalam batas norma-norma kemanusiaan dan agama.

Krw-13-11-2010-06-45
Terkirim dari telepon Nokia saya