Yang katanya hidup itu susah. Apalagi dijaman sekarang serba mahal dan makin susah, apalagi bila terjadi inflasi. Orang berlomba-lomba untuk menimba pundi-pundi uang untuk menjauhkan rasa kesusahan dalam hidup. Memperalat ragawi hanya untuk memenuhi syarat keputusan pekerjaan. Tak selesai / lehai maka dianggap tak mampu mengerjakan pekerjaan. Bila tertaget hasilnya sebuah reward menanti besar-besaran.
Sudah cukup dengan hasil yang sekarang? Belum! Masih banyak kebutuhan primer yang terpenuhi. Bila kebutuhan primer terpenuhi, lantas sudah cukup? Belum! Kebutuhan sekunder belum memadai untuk menunjang. Cukupkah sampai kebutuhan sekunder? Belum! Kebutuhan tersier belum memiliki dan demikian seterusnya.
Kita dituntut untuk tetap ekstra bekerja. Mereka yang sudah mengalami dengan titik kejenuhan maka akan beralih pada sebuah titik dimana uang bukanlah alat untuk 'bunuh diri'. Tapi kedamaian, ketentraman, ketenangan dalam pikiran dan hati adalah menjadi prioritas.
Sebuah ayat menjelaskan, 'Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak' : QS Al Kautsar (1). Sudah jelas bahwasanya nikmat yang didapatkan manusia itu lebih yang manusia minta. Nikmat itu bukanlah berupa uang / benda-benda yang berharga / yang dinominalkan. Itu semua hanya sebagai pelengkap atas upaya yang manusia raih. Namun nikmat yang menjadi utama adalah nikmat hidup : mendapat sehat, masih bisa di beri waktu sekarang untuk hidup dan lain-lain.