Jumat, 27 Juli 2012

Soetirah Part 1


S
ORE itu lepas dari jam lima lebih Sutirah duduk menatap lurus menerjang jerali besi jendela kayu yang mulai rapuh. Dari balik jendela itu air hujan masih membasahi bumi dengan deras dan angin yang berhembus kedirinya. Sutirah masih bergeming, jari jemarinya masih menyatu yang berpangku di atas perutnya. Sutirah berkedip berat dan matanya mulai berkaca-kaca. Suara kilat terdengar menyambar bersama dengan jatuhnya air mata Sutirah. Kali ini ia menikmati pejaman matanya meski air mata masih membekas disudut-sudut kedua matanya. Segelas air teh panas di cangkir mulai tak berasap yang terlihat setengah. Sutirah yang mengenakan sweater warna ungu tua dengan kain batik bawahannya lalu mengela nafas kemudian ia tersenyum lirih. Senyuman lirihnya mengingatkan pada suatu keindahan dimasa lalunya.


‘Aku tak akan menyesal apa yang sedang dan sudah terjadi pada kehidupanku. Aku sudah menceritakan semua kenginanku kepada Tuhan untuk kehidupanku nanti. Dan aku akan melaksanakan apa yang menurutku benar dan salah sesuai aturan Tuhan. Aku melakukan demikian karena aku adalah janda dengan tujuh anak yang ditinggal mati oleh suamiku. Dia meninggalkanku saat anak-anak masih membutuhkan. Dan Tuhan bersepakat bahwa Dia akan melindungi kami, itulah janjiNya saat suamiku menemuiNya’

0 komentar:

Posting Komentar

Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)