Senin, 08 Oktober 2012

KOPET | Doaku Bukan Untuk Surgaku

Seperti beban dipikiranku yang begitu berat dan makin komplek, mata ku tak sanggu ku pejamkan walau rasa perih menahan kantuk. Raga ini begitu letih untuk ku teruskan langkah kemerdekaan kesejahteraan rakyat dinegeriku ini.

Masih terbayang gambaran-gambaran pada peristiwa yang sedang terjadi. Kriminalisasi posisi, proyek kapitalisasi, dan tips jalan mulus menuju obesesi pada sebuah posisi. Semua menjadikan manusia untuk hidup seperti didunia fiksi. Alur yang dibuat dengan melankolis agar mendapat simpatik dan mengarah pada sebuah oposisi, itu atas nama rakyat tapi entah visi pada sebuah kursi.


Negeri ini besar. Dan rakyat makin lebar memandangnya. Makin jernih menyikap meski emosi sering mendominasi. Tapi mereka lebih jernih memilah dan memilih pada sebuah keputusan.

Ah, ingin ku istirahatkan mata ini. Namun aku takut mati bila tugas dan tanggung jawabku menjadi nihil. Memang susah untuk mencapai realisasi yang dicapai. Namun setidaknya rakyat cukup berseri dengan kesejahteraannya.

Aku masih hafal dengan landasan ideologi ini. Dan rakyat mulai progres. Aku mulai tersenyum meski dalam hati masih berdetak gugup dan was-was.

Doa dalam sebelum tidurku bukanlah untuk surgaku tapi pada sebuah kedamaian sesuai dengan pancasila. Aku yakin, sila pertama adalah satu-satu jalan untuk meminta kedamaian meski dalam negeri ini bermacam-macam 'bahasa'. Tuhan itu Esa, maka kedamaian tercipta oleh satu kekuasaan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 komentar:

Posting Komentar

Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)