Minggu, 07 Oktober 2012

KOPET | “Seperti ini kekuatanku Jenderal, meski kecil dan berkarat namun mematikan.”


Lalu aku menggertak sembari menghujamkan pisau buah yang ada di meja makan Jenderal Besar itu. Kami sedang makan malam untuk membahas keamanan negara ini karena suatu masalah dan Jenderal Besar dikaitkan dengan hal itu, seperti pada berita yang santer di media masa baik elektronik maupun cetak. Makan malam ini dihadiri oleh beberapa Jenderal, Letjen, Mayjen, Brigjen dan aku adalah satu-satunya Kolonel yang diundang oleh Jenderal Besar. Untuk alasannya aku pun tak tahu apa. “Seperti ini kekuatanku Jenderal, meski kecil dan berkarat namun mematikan.”

Para jenderal pun tersentak oleh sikapku dan Jenderal Besar berpucat pasi dengan gugup dan diamnya.” Aku bukanlah sesungguhnya bagian dari kalian tapi aku adalah bagian dari mereka. Aku lahir di golongan mereka. Hati ku pun sama seperti mereka yang selalu menangis dan menjerit kala Anda, anda, anda dan anda semua membuat kebijakan diluar nalar pikiran kami.” Para ajudan diisyarakatkan untuk menangkapku namun Jenderal Barat dan Jenderal Selatan meng-tidak-kan perintah dari Jenderal Timur dan Jenderal Utara. Mereka kembali berdiri jauh dari meja kami. Sang Jenderal Besar mulai menyimak ucapanku yang sebelumnya mulai kaget dengan sikapku.

“Apa yang mereka tahu tentang negara ini? Mereka hanya tahu perut mereka kenyang, pendidikan murah, kesehatan murah dan biaya hidup yang murah. Dan mereka sudah sadar betul siapa pemimpin-pemimpin mereka yang idam-idamkan. Mereka bukan bodoh yang diberi uang untuk memilih terus akan memilih susai yang diinginkan oleh anda-anda semua. Mereka senang saja menerima banyak uang namun untuk memilih anda, belum tentu. Mereka sudah tahu karakter para eksekutif dan legislatif dinegara ini.”

“Mereka meminta kedamaian hidup!. Kedamaian untuk kehidupan mereka dan anak cucu-nya. Mereka adalah korban-korban atas dari pemikiran kepintaran anda yang hina! Yang licik! Munafik! Dan tak tau hukum Tuhan. Anda anggap Tuhan seperti rakyat biasa yang tak akan pernah tahu perbuatan buruk anda semua. Anda mengsampingkan Tuhan seperti anak kecil yang merengek meminta uang kepada ibunya. Anda salah!!! Memang,... Tuhan tak akan menghukum anda sekarang namun nanti... nanti kalian adalah barisan paling depan untuk pertanggungjawaban atas perbuatan kalian. Bukan seperti sekarang yang selalu dibelakang dan asik menghitung keuntungan dan menyisihkan untuk partai anda.”

“Bukankan negara ini menjadi koruptor terbesar karena ulah pelaku partai? Parti yang dijakan ajang corporation yang mencari keuntungan semata dengan alasan ingin merubah negara ini. Tapi itu sebatas hanya pada sebuah kata INGIN!

0 komentar:

Posting Komentar

Biasanya kesempurnaan bila ada tambahan, so beri komen ya buat kesempurnaan blog ini... :)